1. Tipe-Tipe Pemimpin Rapat
Dalam sebuah
rapat, faktor pemimpin sangatlah penting untuk mengendalikan sebuah rapat.
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai tipe-tipe pemimpin rapat:
- Tipe Otoriter
Pemimpin
otoriter adalah pemimpin yang suka memaksakan kehendaknya, merasa saling
berkuasa dan merasa paling mengetahui segala hal, sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada para peserta rapat untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini
akan mengakibatkan hasil keputusan rapat kurang dapat dipertanggungjawabkan dan
dilaksanakan, karena bukan merupakan keputusan bersama dan mungkin saja ada
pihak-pihak yang tidak puas terhadap hasil keputusan rapat tersebut.
- Tipe Demokratis
Pemimpin
demokratis adalah pemimpin yang bersifat terbuka, mau menerima kritik dan saran
dari peserta rapat, memberikan kesempatan kepada peserta rapat untuk
mengemukakan pendapatnya, berperan sebagai pembimbing, pengarah, pemberi
petunjuk dan terlibat langsung dalam interaksi kelompok. Keputusan yang diambil
oleh pemimpin rapat merupakan hasil musyawarah kelompok.
- Tipe Laizess-Faire
Pemimpin
laizess-faire adalah pemimpin yang
memberikan kebebasan kepada para peserta rapat untuk mengendalikan jalannya
rapat. Pemimpin tipe ini bersifat pasif dan cenderung masa bodoh, tidak
terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, tidak punya inisiatif dan cenderung
bersikap sebagai penonton saja. Rapat yang dipimpin oleh pimpinan tipe ini
seolah-olah tidak ada pemimpinnya, sehingga hasil keputusan rapat biasanya
tidak sesuai dengan tujuan rapat yang diharapkan.
2. Tipe-Tipe Peserta Rapat
Peserta
rapat memegang peranan penting untuk mencapai keberhasilan dari kegiatan rapat.
Seorang pemimpin rapat hendaknya mengetahui dan memahami tipe-tipe para peserta
rapatnya, sehingga mudah untuk memimpin rpat. Tipe-tipe peserta rapat adalah
sebagai berikut:
a.
Tipe Pemberi
Informasi
Peserta
rapat dengan tipe pemberi informasi memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang
sangat luas dan ingatan yang sangat kuat terhadap sesuatu, sehingga sering
dijuluki dengan kamus berjalan. Para peserta rapat yang mengalami kesulitan
untuk memahami materi pembahasan dalam rapat dapat meminta penjelasan dari
peserta rapat yang mempunyai tipe ini.
b. Tipe Pemberi Semangat
Peserta
rapat dengan tipe pemberi semangat memiliki kamauan dan kemampuan kerja yang
tinggi, sehingga mampu menggerakkan orang lain. Peserta rapat yang mempunyai
tipe ini biasanya memiliki moral dan disiplin kerja yang tinggi sehingga
orangnya cukup berwibawa dan disegani oleh siapa saja.
c. Tipe
Inisiatif
Peserta
rapat dengan tipe inisiatif biasanya akan muncul pada saat pelaksanaan rapat
menemui kemacetan atau kebuntuan karena kurangnya atau tidak adanya data-data
yang jelas untuk menyelesaikan masalah yang dibahas.
Pada saat demikian, peserta rapat bertipe inisiatif akan memberi jalan keluar
untuk penyelesian yang akan dihadapi.
d. Tipe Pemersatu
Peserta
rapat dengan tipe pemersatu akan selalu mengusahakan persatuan dan kesatuan
jika terjadi perbedaan pendapat di antara para peserta rapat, sehingga sering
disebut sebagai juru damai. Peserta rapat yang mempunyai tipe pemersatu
biasanya memiliki sifat-sifat penuh pengertian, sabar, toleransi yang tinggi
dan berjiwa besar.
e. Tipe Penyerang
Peserta
rapat dengan tipe penyerang biasanya selalu menentang pendapat atau tidak
setuju dengan pendapat peserta lain. Peserta rapat tipe ini gemar menyerang
atau menyalahkan pendapat orang lain, sehingga memancing timbulya perdebatan
yang panjang dan dapat menimbulkan perpecahan dalam kelompok. Dalam hal ini,
seorang pemimpin rapat hendaknya cepat untuk mengambil tindakan agar tidak
menimbulkan masalah baru.
f. Tipe Perantara
Peserta
rapat dengan tipe perantara biasanya akan bertindak sebagai perantara atau
penjembatani antara orang/kelompok yang berbeda. Peserta rapat tipe ini
membantu memperjelas pendapat peserta rapat lain yang belum jelas, sehingga
seluruh peserta menjadi jelas. Tipe peserta ini hampir sama dengan tipe
pemersatu yang selalu menginginkan persatuan dan kesatuan dalam pelaksanaan
rapat. Peserta rapat dengan tipe ini biasanya pandai bergaul, dapat dipercaya
dan memiliki wibawa diantara lainnya.
g. Tipe Pendengar
Peserta
rapat dengan tipe pendengar biasanya bersifat pasif. Peserta rapat tipe ini
hanya berperan sebagai pendengar yang baik. Ia hanya mendengarkan
informasi-informasi yang disampaikan oleh pemimpin rapat atau peserta rapat
lainnya. Ia tidak
suka mengeluarkan pendapat, kritik atau saran
dan lebih bersifat pendiam.
3. Fungsi Pemimpin Rapat
Seorang
pemimpin rapat harus dapat menjalankan fungsinya, agar rapat dapat berjalan
dengan tertib dan dapat mencapai tujuan. Fungsi pemimpin rapat adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai Pengarah
Seorang
pemimpin rapat harus dapat mengarahkan para peserta rapat, agar tujuan rapat
yang telah ditentukan dapat tercapai. Arahan dari pimpinan ini diperlukan agar
topik/masalah yang dibahas dalam rapat tetap dalam konteksnya, fokus dan tidak
menyabar ke topik/masalah lainnya.
b. Sebagai Penengah
Sebagai
pemimpin rapat harus dapat bertindak sebagai penengah jika terjadi pertentangan
atau perbedaan pendapat di antara para peserta rapat.
c. Sebagai Penggerak
Seorang
pemimpin rapat harus mampu menggerakkan paara peserta rapat untuk dapat berperan
aktif dalam penyelesaian masalah yang dibicarakan pada rapat. Hal ini
diperlukan, agar hasil yang diperoleh dalam rapat sesuai dengan harapan semua
peserta.
d. Sebagai Pencari Solusi
Seorang
pemimpin rapat harus dapat bertindak sebagai pencari solusi jika rapat
mengalami kemacetan atau kebuntuan. Seorang pemimpin rapat dituntut harus lebih
memahami masalah yang dibahas dalam rapat, dengan demikian pemimpin rapat harus
memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang lebih luas.
4. Fungsi Peserta Rapat
Peserta rapat juga harus
mengetahui dan memahami fungsinya, sehingga rapat dapat berjalan dengan baik.
Fungsi peserta rapat adalah sebagai berikut :
- Sebagai
penyumbang pendapat
Umumnya
suatu rapat diadakan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Peserta
rapat harus dapat menyumbang pendapat / ide agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara bersama-sama.
Semakin peserta rapat yang menyumbangkan pendapatnya, maka semakin banyak
masukan yang didapat untuk menyelesaikan masalah.
- Sebagai
penyumbang data
Pendapat
yang disampaikan oleh peserta rapat haruslah berdasarkan data-data yang benar
dan rasional. Sebagai penyumbang data, peranan peserta rapat sangat penting
dalam membantu pimpinan rapat untuk menentukan langkah-langkah yang diambil
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dibahas dalam rapat.
c.
Sebagai perumus kesimpulan
Semua saran,
pendapat, ide dan gagasan dari seluruh peserta rapat tentu perlu
dipertimbangkan dan didiskusikan bersama-sama, agar menghasilkan kesimpulan
yang diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, setiap peserta rapat harus
ikut berperan aktif dalam rumusan kesimpulan.
d.
Sebagai pembantu pimpinan
Setiap
peserta rapat harus mampu membantu pimpinan rapat, agar dapat menjalankan rapat
dengan baik dan diperoleh keputusan rapat yang memuaskan semua pihak. Peserta
rapat dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya yang dapat membantu
pimpinan rapat dalam pengambilan keputusan.
- Sebagai penerima hasil keputusan
Dengan
diadakannya suatu rapat diharapkan dapat diacpai suatu kesimpulan/keputusan
yang merupakan hasil kesepakatan bersama dari peserta rapat, terhadap suatu
permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, hasil keputusan ini harus diterima
dan dijalankan oleh seluruh peserta rapat dengan senang hati, walaupun mungkin
saja itu bukan merupakan saran/pendapatnya.
5. Pengendalian Rapat
Agar
pembahasan suatu masalah dalam rapat tidak keluar dari konteksnya dan tidak
terjadi perdebatan yang berkepanjangan, rapat harus dikendalikan oleh pimpinan
rapat. Jenis-jenis pengendaliannya adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian Bebas Terbatas
Pengendalian
ini merupakan pengendalian rapat yang memberikan kesempatan secara bebas kepada
para peserta rapat untuk mengemukakan pendapatnya secara bergantian. Model
pengendalian seperti ini terkesan demokratis, namun dapat memberikan peluang
kepada para peserta rapat yang ingin memonopoli pembicaraan dalam rapat.
b. Pengendalian secara ketat
Pengendalian
secara ketat adalah pengendalian rapat yang tidak memberikan kesempatan
bertanya atau mengeluarkan pendapat kepada para pesertanya. Para peserta rapat
boleh mengeluarkan pendapat hanya seizin pimpinan rapat dengan waktu dan jumlah
penanya yang sudah ditentukan. Model pengendalian seperti ini terkesan otoriter
dan kaku, sehingga para peserta rapat kurang bebas dalam mengeluarkan
pendapatnya.
c. Pengendalian gabungan bebas
terbatas dengan ketat
Pengendalian
rapat yang menggabungkan antara bebas terbatas dengan ketat adalah pengendalian
rapat yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta rapat untuk mengeluarkan
pendapatnya dan apabila keadaan sebuah mulai kurang terkendali, pimpinan rapat
langsung menggunakan cara pengendalian ketat, sehingga keadaan normal kembali.
6. Teknik Bertanya Dalam Rapat
Seorang
pemimpin rapat harus memahami pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
para peserta rapat. Ada beberapa jenis teknik bertanya dalam rapat, yaitu:
a. Pertanyaan umum
Pertanyaan
umum diajukan untuk mengaktifkan seluruh peserta rapat. Semua diajak serta untuk berpikir mencari jawaban dari pertanyaan yang bersifat
umum.
Contohnya:
Menurut pendapat
Saudara-saudara, bagaimana cara promosi yang efektif?
b. Pertanyaan langsung
Pertanyaan
langsung biasanya dilakukan oleh pemimpin rapat. Pertanyaan
langsung diajukan dengan tujuan untuk memberikan motivasi atau dorongan kepada
peserta rapat agar aktif dalam rapat. Pertanyaan langsung berguna untuk
menghentikan percakapan pribadi antar peserta rapat. Selain itu tuja berguna
untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta rapat yang dapat menjawab
pertanyaan tesebut.
Contohnya:
Saudara Roni, menurut pendapat
anda bagaimana cara promosi yang efektif?
c. Pertanyaan tidak
langsung/dioperkan
Pada saat
ada yang bertanya, pertanyaannya dialihkan atau dipindahkan kepada peserta
lainnya yang diperkirakan dapat menjawab atau agar jawabannya dipikirkan
bersama oleh forum rapat.
Contohnya:
Saudari Tini, tadi saudari Ani
menanyakan perihal mengenai open management. Apakah Sadari tahu mengenai itu?
d. Pertanyaan terbuka
Jenis
pertanyaan ini diajukan terbuka, yang diungkapkan dalam kata-kata yang bersifat
umum. Jawaban dari pertanyaan terbuka dapat bervariasi atau bermacam-macam.
Biasanya kalimat tanya diawali dengan kata tanya: apa, bagaimana, mengapa,
bilamana, siapa, kapan.
Contoh:
Siapakah yang akan mengepalai divisi ini?
e. Pertanyaan mengembalikan
Yang
dimaksud dengan pertanyaan mengembalikan adalah pertanyaan dibalikkan kepada
orang yang bertanya atau pertanyaan dijawab dengan pertanyaan lagi. Pertanyaan
dari peserta rapat dikembalikan kepada peserta rapat yang bertanya atau ditanyakan
lagi kepada peserta rapat yang lain, sehingga peserta rapat yang lain ikut
aktif memikirkan jawabannya.
Pertanyaan
yang dikembalikan kepada peserta rapat berguna untuk memberikan dorongan kepada
peserta rapat untuk aktif, kreatif, dan mengembangkan pola cara berpikir yang
rasional serta menghindari dialog langsung antara pemimpin rapat dengan seorang
peserta rapat.
Contohnya:
Saudara A bertanya kepada
pemimpin rapat, saudara ketua mengapa promosi tidak dilakukan secepatnya dalam
kurun waktu 1 bulan ini? Dijawab oleh pemimpin rapat, menurut saudara A sendiri
mengapa promosi tidak kita lakukan pada bulan ini?
f. Pertanyaan faktual
Pertanyaan
yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh fakta atau keterangan lain yang
sesuai dengan kenyataan.
Contohnya:
Berapa omzet penjualan kita
bulan ini?
g. Pertanyaan retoris
Pertanyaan
retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan suatu jawaban, karena
orang-orang sudah mengetahui jawabannya.
Contohnya:
Bukankah dengan bekerja keras
kita akan memperoleh hasil yang maksimal?
h. Pertanyaan penghargaan
Pertanyaan
yang diajukan karena ingin memberikan penghargaan kepada orang yang telah
menyatakan pendapat yang baik, sehingga akan memberikan semangat atau dorongan
kepada peserta lain untuk lebih berani mengemukakan pendapat.
Contohnya:
Saudara Ihsan, Anda tadi telah
mengemukakan pentingnya open management. Dapatkah anda menjelaskan hal itu
lebih lanjut?
i. Leading question
Maksud
leading question ialah suatu pertanyaan yang diungkapkan padahal jawabannya
telah ada dalam pertanyaan itu sendiri.
Contohnya:
Sarana yang kita miliki memang
masih kurang, bukan?
7. Penyelenggaraan Rapat
Dalam
penyelenggaraan rapat, pemimpin rapat merupakan pihak yang bertanggung jawab
atas kelancaran proses penyelenggaraan rapat mulai dari rapat hingga akhir.
Rapat biasanya langsung dibuka oleh pemimpin rapat, tetapi ada juga pembukaan
rapat yang dilakukan oleh pembawa acara, seseorang yang menduduki posisi tertinggi
pada suatu perusahaan/organisasi atau seseorang yang disegani.
a. Membuka Rapat
Hal-hal yang
harus dikemukakan dalam membuka sebuah rapat adalah sebagai berikut :
a. Acara rapat.
b. Tata tertib rapat (bersifat fleksibel).
c. Motivasi (pentingnya masalah yang akan dibahas).
d. Pengenalan masalah atau persoalan masalah yang akan dibahas.
e. Tujuan diadakannya rapat.
f. Tanggapan-tanggapan atau saran.
b. Berlangsungnya Rapat
Selama rapat
berlangsung pemimpin rapat harus dapat mengatur jalannya rapat agar tertib.
Masalah yang dihadapi dalam rapat harus dapat diatasi, seperti terjadinya
perdebatan yang berkepanjangan, adanya monopoli pembicaraan oleh salah seorang
peserta rapat, tidak konsentrasinya peserta rapat dan sebagainya.
Selama rapat
berlangsung sekretaris bertanggung jawab untuk membuat catatan pelaksanaan
rapat. Bentuk catatannya disesuaikan dengan keinginan pimpinan rapat. Ada dua
bentuk catatan rapat, yaitu sebagai berikut :
1) Verbatim, yaitu catatan lengkap semua pembicaraan dalam rapat tanpa ditambahi ataupun dikurangi.
2) Notula, yaitu catatan yang berisi pokok-pokok pembicaraan yang dibahas
dalam rapat.
c. Menutup Rapat
Rapat yang
telah berlangsung beberapa waktu, pada akhirnya akan ditutup. Apabila dalam
rapat belum ditemukan keputusan, maka pemimpin rapat dapat menunjuk tim khusus
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi, bila dalam rapat tersebut
tidak ditemukan hambatan dan telah menghasilkan keputusan maka diakhir rapat,
pemimpin rapat dapat membacakan hasil dari pertemuan/rapat tersebut dan memberikan kesempatan bagi peserta rapat untuk
mengemukakan hal-hal yang sekiranya belum tercakup dalam hasil keputusan rapat.
Setelah tidak ada lagi permasalahan, maka pemimpin rapat dapat menutup rapat.
8. Menyusun Notula Rapat
a. Pengertian Notula
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka dijelaskan bahwa notula
adalah catatan singkat mengenai jalannya persidangan (rapat) serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Orang yang melakukan
pekerjaan notula disebut juga sebagai notulis. Apakah notulis dengan sekretaris
sama? Dalam situasi tertentu sekretaris dapat pula menjadi seorang notulis,
namun seorang notulis tidaklah otomatis menjadi seorang sekretaris.
Notulen
merupakan sumber informasi atau sebagai dokumen outentik, karena notulen harus ditulis dengan teliti, tepat dan jelas.
Penyusunan notulen memerlukan kemampuan menulis secara jelas dan singkat.
Penulisan notulen harus didahului dengan judul yang menyatakan dengan jelas
badan yang mengadakan rapat, serta dimana rapat tersebut diselenggarakan.
Setelah itu menyusun daftar nama peserta rapat beserta jabatannya dan yang
terakhir adalah peserta rapat yang berhalangan hadir juga harus ditulis.
Kemudian
notulis mencatat apa yang terjadi dalam rapat. Yang pertama dicatat ialah
pengesahan notulen rapat sebelumnya bila rapat yang diadakan waktu itu adalah
lanjutan dari rapat terdahulu. Selanjutnya yang perlu dicatat adalah
pembahasan-pembahasan serta keputusan-keputusan yang diambil
mengenai hal-hal yang tercantum didalam agenda rapat. Dan yang terakhir adalah
mencatat pukul berapa rapat tersebut ditutup.
b. Fungsi Notula
1)
Sebagai alat bukti
Apabila ada
kasus, maka notula dapat digunakan sebagai bahan pembuktian di pengadilan.
Sebagai contoh: pendaftaran suatu organisasi, bila ada perubahan bentuk atau
penutupan suatu organisasi, membuktikan adanya pelaksanaan tugas
atau tidak dilaksanakan tugas tersebut.
2)
Sebagai sumber informasi untuk peserta rapat yang tidak hadir
Meskipun
peserta berhalangan hadir, sebaiknya peserta tersebut tetap mengetahui materi
rapat yang dibahas dan mengetahui hasil rapat.
3)
Sebagai pedoman untuk rapat berikutnya
Rapat
terdahulu yang memerlukan tindak lanjut, direlisasikan dalam rapat berikutnya
sehingga notula dapat dijadikan pedoman.
4)
Sebagai alat pengingat untuk peserta rapat
Biasanya
setelah pembukaan rapat, dibacakan notula hasil rapat sebelumnya sehingga dapat
mengingatkan para peserta rapat.
5)
Sebagai dokumen
Notula
sebagai dokumen sehingga harus disusun dengan rapi menurut kronologis dan
dijilid secara rapi lalu dismpan engan baik sesuai dengan sistem pengarsipan.
6)
Sebagai alat untuk rapat semu
Yang
dimaksud dengan rapat semu adalah rapat yang tidak pernah dilaksanakan atau rapat
fiktif. Pada saat menyususn notula biasanya dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada ahli hukum.
Untuk
menjadi notulis yang handal, diperlukan beberapa keahlian yang harus dimiliki
seorang notulis.
Seorang notulis harus terampil
atau mampu:
1. Mendengarkan dan menulis
2. Memilah dan memilih hal yang
penting dan yang tidak penting
3. Konsentrasi yang tinggi
4. Menulis cepat
5. Bersikap obyektif dan jujur
6. Menguasai bahasa teknis baku dan menguasai materi pembahasan
7. Mengetahui dan memenuhi kebutuhan
pembaca notula
8. Menguasai metode pencatatan
secara sistematis
9. Menguasai metode pengolahan
data
10. Menguasai berbagi hal yang berhubungan dengan rapat.
11. Menyimpulkan hasil rapat
Seorang
notulis memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk membantu dalam
menyelesaikan tugasnya. Beberapa fasilitas dan keistimewaan yang harus
diperoleh seorang notulis adalah sebagai berikut:
1. Notulis diberi informasi mengenai perihal latar belakang rapat, tujuan
rapat, pokok masalah rapat, dan jenis rapat sebelum rapat dilaksanakan. Notulis
harus mengetahui susunan acara beserta pokok masalah atau materi yang akan
dirapatkan agar dapat dipelajari sehingga memudahkan dalam menyusun notula.
2. Notulis diberi dokumen atau
makalah yang dibagikan kepada para peserta rapat yang lain pada saat
pelaksanaan rapat.
3. Notulis diperbolehkan untuk
meminta agar peserta rapat menjelaskan atau menyempurnakan kesimpulan yang
dikemukakan notulis.
4. Notulis mempunyai kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan pada saat rapat berlangsung.
5. Setiap sesi berakhir, notulis
mempunyai hak untuk memperoleh rangkuman dan kesimpulan rapat.
6. Agar dapat menyempurnakan
notulanya, notulis berhak berbicara pada setiap sesi.
7. Notulis duduk disebelah
pemimpin rapat, agar mudah berkomunikasi dan memperoleh informasi secara
maksimal.
8. Apabila rapat berlangsung
terlalu lama, maka perlu disiapkan beberapa orang untuk menulis notulis.
9. Ketika menyusun notula,
seorang notulis tidak boleh mengerjakan hal lain karena menyusun notula
memerlukan konsentrasi yang penuh.
10. Jika rapat membutuhkan waktu
pengkajian yang lebih lama dan berlangsung alot dan rumit, maka
notulis berhak memperoleh keleluasaan waktu untuk meyusun notula akhir.
c. Jenis Notula
Telah
dikemukakan bahwa notula adalah catatan singkat mengenai jalannya persidangan (rapat) serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Notula ini dapat
disusun sebelum rapat, pada saat rapat berlangsung atau sesudah rapat.
Notula terbagi menjadi dua
jenis yaitu:
1)
Notula Harfiah
Yang
dimaksud dengan notula harfiah adalah laporan atau pencatatan secara kata demi
kata seluruh pembicaraan dalam rapat, tanpa menghilangkan atau menambahka kata
lain (kata dari notulis). Notula harfiah biasanya berbentuk dikte atau catatan
stenografi, menulis kembali hasil rekaman, dan gabungan dari keduanya.
2)
Notula Rangkuman
Notula
rangkuman adalah laporan ringkas tentang pembicaraan dalam rapat. Oleh karena
itu, notulis harus terampil menilai isi pembicaraan setiap peserta rapat.
Notulis harus dapat memilah dan memilih setiap pembicaraan. Hal-hal yang
ditulis oleh seorang notulis adalah yang sesuai dengan tema rapat da tujuan
rapat. Apabila pembicaraannya tidak seseuai dengantema dan tujuan rapat, maka
notulis tidak perlu menulis di dalam notula rapat.
Notulis juga
harus dapat meringkas setiap pembicaraan dan menuliskannya dalam kalimat yang
komunikatif dan efektif. Dalam kata lain notula harus ditulis dengan kalimat
yang jelas, singkat, dan tepat serta dapat dipahami oleh orang lain. Untuk itu,
seorang notulis harus terampil mendengarkan setiap pembicaraan, meringkas,
mencatat sambil mendengarkan pembicaraan berikutnya.
d. Isi Notula
Notula yang
baik bukan notula yang panjang lebar, tetapi isinya kurang lengkap dan
pembicaraan yang bertele-tele. Notula yang baik adalah yang ringkas tetapi
lengkap serta jelas.
Susunan Notula terdiri dari berikut ini:
1) Judul Notula
2) Tempat dan
waktu diselenggarakan rapat
3) Nama
pimpinan dan sekretaris rapat
4) Jumlah
peserta rapat yang diundang
5) Jumlah
peserta rapat yang hadir (Nama disebutkan dalam daftar hadir)
6) Jumlah
peserta rapat yang tidak hadir
7) Acara atau
agenda rapat
8) Jalannya
rapat/risalah rapat (dari acara pertama sampai dengan penutup)
9) Tempat dan
tanggal, bulan, tahun notula dibuat
10) Tanda tangan
pembuat notula
11) Pengesahan
oleh pemimpin rapat
Notula harus
obyektif tanpa ada hal-hal yang dikarang sendiri oleh notulis, sehingga
menyimpang dari isi pembicaraan yang asli. Notula yang baik juga harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1)
Lengkap berisi tentang semua
informasi walaupun dalam penulisannya ringkas
(tidak bertele-tele).
2)
Bahasa notula mudah dipahami
pembaca.
3)
Setiap pembicaraan ditulis
secar terperinci dan satu sama lain saling terkait.
4)
Dapat membantu pimpinan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan.
5)
Dapat dijadikan sebagai alat
bukti apabila terjadi suatu permasalahan.
6)
Dapat membantu untuk
mengingatkan kembali setiap orang yang terkait bila memerlukan lagi notula
tersebut.
e. Susunan Notula
Susunan
notula secara garis besarnya hampir sama, walaupun tidak persis. Karena masih
ada perbedaan sedikit-sedikit, maka dibawah ini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat menyusun notula.
1)
Nomor rapat dan jenis rapat
perlu disebutkan, apalagi jika pembicaraan itu dilaksanakan secara berkala.
2)
Jam berapa dibuka, harus
disebutkan secara jelas dan jam berapa rapat tersebut ditutup. Tetapi jika
rapat tersebut belum selesai maka ditulis mulai pukul ..... sampai selesai
......
3)
Daftar hadir semua
ditandatangani oleh peserta dan harus dilampirkan pada notula.
4)
Meskipun notula ditulis secara
ringkas, tetapi setiap pembicaraan harus disebutkan namanya. Misalnya Saudara
Majid mengemukakan bahwa ............, maka ketua
menyetujui usulan tersebut dan
.........
5)
Tetapi nama pendukung,
terutama yang tidak disetujui, jangan ditulis. Lebih baik ditulis jumlanya,
misalnya yang setuju ......... orang dan yang tidak setuju ......... orang.
Orang yang setuju dan tidak setuju cukup dengan mengancungkan tangan saja,
tidak perlu berbicara.
6)
Setelah rapat selesai, notulis
mengoreksi lagi notula dan menyalin kembali salinannya, diketik dengan rapi,
dan ditandatangani oleh notulis serta Ketua rapat tersebut.
7)
Bila perlu, digandakan untuk
dibagikan pada peserta rapat yang tidak hadir pada saat rapat berlangsung.
KEPUSTAKAAN
1. Grunig,
James E; Hunt, Todd (1984), Managing Public Relations (ed. 6th), Orlando, FL:
Harcourt Brace Jovanovich
2. Seitel,
Fraser P. (2007), The Practice of Public Relations. (ed. 10th), Upper Saddle
River, NJ: Pearson Prentice Hall
3. Adnan,
hamdan dan Hafied Cangara, 1996, Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat, Surabaya,
Usaha Nasional.
4. Coulsan, Colin
dan Thomas.2002.Public Relations Pedoman Praktis untuk PR, Jakarta, Sinar
Grafika Offset.
5. Jefkins,
frank, 1992, Public Relations, Jakarta, Erlangga.
6. Oexley, Harold,
1993, Public Relations, Persiapan dan Pengembangannya, PT. BPK Gunung
Mulia
7. Rumanti, Sr.
Maria Assumpta, 2002, Public Relations Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Gramedia
Widiasarana.
8. Soemirat, soleddan
Elvinaro Ardianto, 2004, Dasar-dasar Public Relations, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
9. Uchjana
effendy, onong, 1993, Human Relations dan Public Relations, Bandung,
Mandar Maju.
10. Anwar
Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu
Pengantar Ringkas, Bandung: Armico
11. Deddy
Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
12. Jalaludin
Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
13. Littlejohn,
1999, Theories of Human Communication,
Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
14. Wiryanto,
2005, Pengantar Ilmu Komunikasi,
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar